Thursday, 26 July 2012

Sepenggal Kisah Kepahlawanan Soeharto

Bangsa yang baik bangsa yang tidak pernah melupakan jasa-jasa para pendahulunya. Soeharto adalah presiden Republik Indonesia yang kedua, Pemimpin Bangsa, dan Bapak Rakyat Indonesia.
Keberhasilan-keberhasilan dalam memimpin bangsa ini telah mengharumkan nama rakyat dan bangsa Indonesia di mata dunia internasional. Berbagai Negara dan badan-badan dunia lainnya mengakui keberhasilan Presiden Soeharto dalam memimpin bangsa Indonesia.
Pada tanggal 17 Agustus 1945, hari Jumat Legi, bulan puasa, pukul 10.00, Bung Karno dan Bung Hatta, atas nama rakyat, memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta. Begitulah berita yang saya terima beberapa waktu kemudian. Memang kabar gembira itu diterima terlambat di Yogya seperti juga halnya di kota-kota lainnya di Jawa. Lebih-lebih lagi di pulau-pulau lainnya, karena larangan penguasa Jepang, untuk menyiarkan peristiwa penting tersebut. Sebelum itu, di bulan Februari terjadi pemberontakan terhadap Jepang di bawah pimpinan Supriyadi di Blitar. Shodancho dan Bundancho yang terlibat ditangkap dan diajukan ke pengadilan militer, sehingga batalyon itu tidak mempunyai komandan regu lagi. Seluruh batalyon itu kemudian dipindahkan ke Brebeg, di daerah Nganjuk, dan diasramakan di sana. Di Madiun saya tidak tinggal di asrama, melainkan di luar, karena dapat rumah sendiri. Saya tinggal di rumah dinas itu tidak lama, karena segera ditugasi melatih prajurit-prajurit dari Batalyon Blitar untuk menjadi komandan regu (Bundancho). Latihannya di Brebeg, di tengah-tengah hutan jati. Pada waktu Bung Karno mengumandangkan kemerdekaan kita itu, saya masih di Brebeg, sedang melatih para prajurit. Pada tanggal 18 Agustus, begitu saya selesai melatih prajurit-prajurit PETA tersebut, kami diperintahkan bubar. Kami disuruh menyerahkan kembali senjata-senjata kami. Mobil pun dirampas oleh Jepang.  Tanpa mengetahui apa yang telah terjadi di Jakarta, saya pergi dari Brebeg ke Madiun, lalu ke Yogyakarta. Mula-mula saya tidak tahu apa-apa tentang kemerdekaan kita itu. Setelah tiba di Yogya, barulah saya tahu samar-samar, dan kemudian menjadi lebih jelas lagi. Saya paham akan hal itu dari teman-teman, dari orang-orang di jalan dan di rumah.Mendengar berita seperti itu saya pikir, "Wah, ini artinya panggilan." Perasaan dan perhitungan saya sewaktu berada di asrama-asrama PETA itu terbukti benar. Saya sudah merasakan, bahwa bangsa Indonesia sungguh-sungguh menginginkan kemerdekaan. Dan sekarang kemerdekaan itu sudah diproklamasikan. Itu berarti panggilan bagi kita untuk membelanya.
Itulah sepenggal kisah akan perjuangan Soeharto, salah satu putra terbaik yang pernah dimiliki ibu pertiwi. Meneladani perjuangannya adalah salah satu cara untuk menghormati akan jasa-jasanya karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati akan jasa para pahlawannya.