Dalam buku Pola Gerakan Muhammadiyah Ranting, Ketegangan Antara
Purifikasi dan Dinamisasi. Menceritakan dinamika sejarah perkembangan
Muhammadiyah di suatu tempat selalu diwarnai oleh pergumulan-pergumulan. TIM
penulisan sejarah Muhammadiyah Jawa Timur mencoba memberikan gambaran pergumulan
itu dalam sebuah judul buku Pola Gerakan Muhammadiyah Ranting'. Dalam catatan,
setidak-tidaknya ada dua tradisi besar yang harus dihadapi Muhammadiyah.
Pertama adalah tradisi sinkretik dan yang kedua adalah tradisi Islam
tradisional,yang kerap kali juga berbau sinkrerik. Kalau yang pertama,direpresentasikan
oleh kelompok Islam abangan, yang kedua,direpresentasikan oleh kelompok Islam
tradisional. Kehadiran Muhammadiyah yang bercorak modern dan menawarkan reformasi
keagamaan tentu saja akan memperoleh respon. Tidak ada penjelasan empirik yang
mengindikasikan bahwa kehadiran Muhammadiyah diterima dengan serta merta.
Kehadirannya selalu memerlukan perjuangan dari para penyebarnya.
Penelitian yang dilakukan ini
sungguh pun kalau sekarang diterbitkan dengan apa adanya, sebenarnya
dimaksudkan dalam rangka memotret bagaimana dinamika perkembangan Muhammadiyah
dari munculnya sampai kini. Analisis model dilakukan untuk memotret, karena
pada kenyataanya telah dilakukan survey awal, maka kita akan menemukan tiga
fenomena. Yang pertama adalah fenomena Muhammadiyah diterima dengan cepat,
serta kemudian Muhammadiyah berkembang secara pesat disatu tempat, bila dilihat
dari sisi amal usaha maupun jumlah pengikut Muhammadiyahnya, tapi juga ada
ranting yang lambat dan bahkan ada yang lambat sekali perkembangannya, baik
dari sisi kuantitas, amal usaha maupun dari sisi jumlah umatnya, dan dari sisi
corak kultural baru yang diciptakan oleh gerakan Muhammadiyah. Analisa yang
kami lakukan dari hasil pemotretan ini akan ditemukan empat pola; islamisasi,
pribumisasi, negosiasi dan konflik. Secara teoritik meluasnya Muhammadiyah ke
daerah pedesaan, mengandung banyak arti. Pertama, berarti Islamisasi,yaitu
ditolaknya TBC, atau ketika unsur TBC disaring untuk diintegrasikan ke dalam
Islam murni. Pengertian yang kedua ialah pribumisasi, ketika Islam murni yang
dibakukan tarjih,diubah sesuai tradisi masyarakat untuk tujuan magis. Pengertian
ketiga, ialah negosiasi, ketika Islam murni dan TBC sama-sama diubah. Dan,
pengertian keempat ialah konflik, yaitu ketika lslam murni dan TBC saling
bertahan.Dari empat pola inilah, apabila kita lihat akan melengkapi dan memperjelas
bagaimana sebenarnya gerakan Muhammadiyah itu berkembang dan dilakukan di
masing-masing pedesaan.