Thursday, 26 July 2012

Pola Gerakan Muhammadiyah Ranting


Dalam buku Pola Gerakan  Muhammadiyah Ranting, Ketegangan Antara Purifikasi dan Dinamisasi. Menceritakan dinamika sejarah perkembangan Muhammadiyah di suatu tempat selalu diwarnai oleh pergumulan-pergumulan. TIM penulisan sejarah Muhammadiyah Jawa Timur mencoba memberikan gambaran pergumulan itu dalam sebuah judul buku Pola Gerakan Muhammadiyah Ranting'. Dalam catatan, setidak-tidaknya ada dua tradisi besar yang harus dihadapi Muhammadiyah. Pertama adalah tradisi sinkretik dan yang kedua adalah tradisi Islam tradisional,yang kerap kali juga berbau sinkrerik. Kalau yang pertama,direpresentasikan oleh kelompok Islam abangan, yang kedua,direpresentasikan oleh kelompok Islam tradisional. Kehadiran Muhammadiyah yang bercorak modern dan menawarkan reformasi keagamaan tentu saja akan memperoleh respon. Tidak ada penjelasan empirik yang mengindikasikan bahwa kehadiran Muhammadiyah diterima dengan serta merta. Kehadirannya selalu memerlukan perjuangan dari para penyebarnya.
Penelitian yang dilakukan ini sungguh pun kalau sekarang diterbitkan dengan apa adanya, sebenarnya dimaksudkan dalam rangka memotret bagaimana dinamika perkembangan Muhammadiyah dari munculnya sampai kini. Analisis model dilakukan untuk memotret, karena pada kenyataanya telah dilakukan survey awal, maka kita akan menemukan tiga fenomena. Yang pertama adalah fenomena Muhammadiyah diterima dengan cepat, serta kemudian Muhammadiyah berkembang secara pesat disatu tempat, bila dilihat dari sisi amal usaha maupun jumlah pengikut Muhammadiyahnya, tapi juga ada ranting yang lambat dan bahkan ada yang lambat sekali perkembangannya, baik dari sisi kuantitas, amal usaha maupun dari sisi jumlah umatnya, dan dari sisi corak kultural baru yang diciptakan oleh gerakan Muhammadiyah. Analisa yang kami lakukan dari hasil pemotretan ini akan ditemukan empat pola; islamisasi, pribumisasi, negosiasi dan konflik. Secara teoritik meluasnya Muhammadiyah ke daerah pedesaan, mengandung banyak arti. Pertama, berarti Islamisasi,yaitu ditolaknya TBC, atau ketika unsur TBC disaring untuk diintegrasikan ke dalam Islam murni. Pengertian yang kedua ialah pribumisasi, ketika Islam murni yang dibakukan tarjih,diubah sesuai tradisi masyarakat untuk tujuan magis. Pengertian ketiga, ialah negosiasi, ketika Islam murni dan TBC sama-sama diubah. Dan, pengertian keempat ialah konflik, yaitu ketika lslam murni dan TBC saling bertahan.Dari empat pola inilah, apabila kita lihat akan melengkapi dan memperjelas bagaimana sebenarnya gerakan Muhammadiyah itu berkembang dan dilakukan di masing-masing pedesaan.