Buku Di Bawah Bendera Revolusi (DBR) yang menghimpun
tulisan-tulisan Bung Karno di masa penjajahan Belanda Sejak tahun 1926 Bung
Karno sudah mencita-citakan persatuan antara golongan Nasional, Islam dan
Komunis, atau yang lebih dikenal dengan Nasakom
Buku ini adalah kumpulan tulisan dari
Bapak Pendiri Indonesia. Sentuhan nasionalisme dalam bukunya akan serta merta
membakar semangat para pembacanya untuk menentang kolonialisme dan membangun
bangsanya. Buku yang sempat ditarik dan dibakar di jaman rezim orde baru ini
harusnya dijadikan buku wajib untuk para generasi muda. Tulisannya dalam
berbagai bahasa serta ideologi kebangsaan yang kuat akan membuat pembacanya
merasa kecil dihadapan percikan pemikiran-pemikiran sang pejuang satu ini.
Catatan sejarah bagaimana Soekarno
dengan politiknya masuk PETA. Belajar menggunakan senapan, berkeliling
Indonesia, tapi dalam setiap pidatonya Soekarno justru mengobarkan semangat
anti penjajahan melawan Jepang. Mungkin kalau tanpa tokoh yang satu ini kita
belum tentu bisa merdeka seperti sekarang ini. Beliau adalah pemimpin yang rela
dipenjara hanya karena bersikukuh dengan pemikirannya. Mana ada pemimpin yang
semasa dia menjabat dalam era kemerdakaan hutangnya hanya sekitar 2 milyar
dollar dan hidup dengan kesederhanaan.
Pemikiran Soekarno, satu dari sekian
bapak bangsa yang harus kita revitalisasi ulang pemikirannya, yang penuh dengan
agitasi dan ajakan untuk bergerak (dulu bahkan ada istilah "Djakarta di
Djaman Bergerak") sungguh terlalu besar untuk dikesampingkan
Soekarno, tidak seperti yang sering diduga orang, adalah
seorang yang sangat memahami Marxisme. dia mempelajari banyak Ppkiran Karl
Kautsky, seorang pemimpin internasional kedua. Meski begitu, Soekarno tidak
pernah menjadi dogmatis, tetapi selalu berusaha mengkontekstualkan dengan
situasi konkret Indonesia, munculah Marhaenisme.