James Bond adalah salah satu film favorit saya, banyak filosofi yg bisa saya ambil dari film tersebut, terlebih adalah prinsip bagaimana kita Menjaga Semangat Optimisme, bahwa tidak ada yang tidak bisa kita lakukan selama kita berusaha dan membiasakan diri...Bisa Karena Biasa. Siapa
yg tidak kenal dengan agen rahasia asal Inggris yg terkenal dengan 007
atau James Bond. Pasti anda pernah menonton film James bond seperti Die
Another Day, Quantum of Solace, Casino Royale, dll. Walaupun ini
hanyalah film yg pada dasarnya fiksi, tetapi menurut saya, kita masih
dapat mengambil beberapa pelajaran dari film James Bond.
Cool and calm dalam
menghadapi musuh, itulah Bond, James Bond. Ketika dia menghadapi baku
tembak dengan teroris, dia tahu dia akan menang. Bond dikenal selalu bisa
meloloskan diri dari keadaan terjepit dan itu membuatnya ditakuti
musuh. Sebaik apapun strategi atau rencana kita dalam hidup, apabila kita tidak se- “cool and calm” James Bond, maka hidup kita akan banyak mengalami kegagalan (jadi, tetaplah tenang menghadapinya).
Menjaga
kestabilan psikologi dalam kehidupan sehari-hari menjadi tes dari waktu
ke waktu. Semua orang dituntut untuk bisa tetap tenang dalam menghadapi
fluktuasi yang terjadi di kehidupannya.
Stay cool under pressure
Ketika
Bond harus meloncat diantara dua gedung tinggi, dia tahu dia bisa
melakukannya. Tidak ada rasa ragu-ragu didalam keputusannya. Dalam
mengambil keputusan dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang harus
mengesampingkan rasa ragu, serakah dan rasa takut. Orang yang terlibat
secara emosional dalam hidup seringkali membuat suatu kesalahan yang
fatal dan tidak perlu.
Seringkali kita menjadi tidak disiplin
setelah beberapa kali berhasil melakukan sesuatu, ataupun terlalu cepat
berganti-ganti strategi atau rencana setelah gagal dalam satu hal. Salah
satu kunci penting ialah mampu untuk mengatasi faktor emosi yang
terjadi dalam masalah dan tidak terjerumus didalamnya.
Know when to take a Break
Ketika kita dalam posisi terpuruk atau sedang "down",
pikirkanlah untuk berhenti sejenak sebelum rasa takut dan kecewa
mendominasi rencana yang telah kita buat. Ingat "Ketika kamu merasa hidup ini sangat sulit tuk dijalani, istirahatlah. Itu hanya menandakan kaki kamu telah lelah melangkah". Tidak semua hal yang kita
lakukan bisa berjalan mulus sesuai rencana, karena ada pepatah yang
bilang "Manusia merencanakan, Tuhan yang menentukan". Untuk itu, semua
orang harus mampu menerima kekalahan, dan mengambil hikmah dari kekalahan itu untuk kemudian menang. Ibarat dalam dunia Trail Adventure "Mundur Untuk Melompat Lebih Tinggi Lebih Baik, Daripada Dipaksakan Maju Tapi Terjungkal"
Kita bisa beristirahat beberapa hari tanpa harus memikirkan masalah untuk membersihkan pikiran dan “mengobati”
rasa bersalah kita. Dengan tetap terus melakukan hal secara membabi
buta dalam "memperbaiki kesalahan" kita seringkali justru menghasilkan
"kesalahan" yang lebih besar, dan menghancurkan psikologi kita.
Selalu ada hari esok, melalui pengembangan risk and reward ratio yang tepat, kita dapat “membayar” kesalahan yang kita buat.
Source:http://www.futuresgalleriablog.com and http://www.alfinurhidayat.blogspot.com
الحمد لله رب العالمين ، والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين ؛ نبينا محمد وعلى آله وصحبه ؛ ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين . وبعد
Sunday, 28 October 2012
Friday, 12 October 2012
Catatan Motivasi DR. Ir. Soekarno
Ir. Soekarno: Revolusi Nasional
Saudara-saudara saya sudah tua, sudah 61 tahun. Dan saya tidak mengetahui Allah SWT akan memberi umur berapa lama lagi kepada saya. Cuma saya ketahui bahwa tiap-tiap manusia, bahkan tiap-tiap mahluk hidup di dunia ini akhirnya akan dipanggil kembali oleh Allah SWT. Entah setahun lagi, entah satu hari lagi, entah 10 tahun lagi, entah 20 tahun lagi, itu saya tidak tahu...
Tetapi saya mengetahui bahwa Revolusi Indonesia belum selesai dan bahwa selesainya Revolusi Indonesia itu masih akan makan bertahun-tahun lagi. Ini perlu dilenyapkan, dilenyapkan oleh Saudara-saudara sekalian, bahwa Revolusi Indonesia tidak akan selesai dalam satu dua hari, bahwa Revolusi Indonesia itu memang belum selesai, bahwa Revolusi Indonesia itu sudah bertahun-tahun berjalan, tetapi masih akan berjalan bertahun-tahun lagi. Sebabnya ialah oleh karena Revolusi Indonesia itu adalah revolusi yang besar, bukan revolusi yang kecil-kecilan, bukan revolusi peyeum, dulur-dulur, tetapi revolusi maha besar. Dan sudah sering saya katakan bahwa Revolusi Indonesia adalah revolusi Pancamuka, revolusi multikompleks, revolusi yang bermuka banyak, ya revolusi nasional, ya revolusi politik, ya revolusi ekonomi, ya revolusi sosial, ya revolusi membentuk manusia Indonesia baru. Revolusi yang demikian ini tidak akan selesai dalam tempo satu dua tahun. Revolusi yang demikian ini akan memakan berpuluh-puluh tahun....
Revolusi nasional kita memang belum selesai. Semoga tidak seorangpun dari bangsa Indonesia melupakan hal ini !
Sosialisme bukan benda yang jatuh dari langit, 20 Mei 1963
Persembahkan Hidup untuk Perdjoangan Rakjat
Saya pernah berpidato, pernah mengatakan, apa yang membuat manusia itu berharga?
Apa ia punya kedudukan? Tidak sama sekali tidak! Kedudukan, tidak.
Huuh, malahan pada waktu saya masih kecil “ngelesot” di kotaknya Ki Dalang,
wah, saya perhatikan benar apa yang menjadi perdebatan antara Arjuna dan Karna.
Arjuna itu pernah, berhadap-hadapan dengan Karna, sebab dia menghina kepada Karna.
Aku orang bangsawan, aku anak raja, aku tidak mau berjuang dengan engkau turunan orang kecil, turunan orang rendah.
Karna berkata, he, yang menjadi ukuran besar atau kecilnja manusia,
ukuran tinggi atau rendahnya manusia, bukan ia punya keturunan, sama sekali tidak.
Yang menjadi ukuran tinggi rendahnya derajat manusia ialah budi pekerti yang bersemayam
didalam dada manusia itu.
Demikian pula, demikian pula, Saudara-saudara, dengan pekerjaan,
jangan kira cuma pekerjaan yang tinggi-tinggi di atas kursi yang mentul-mentul,
duduk di dalam auto Impala, Saudara-saudara, bahwa itulah kedudukan yang baik, sama-sekali tidak. Aku pernah berkata, ada orang kaya raya, auto Impala, auto Mercedes, gedungnya tiga, empat, lima tingkat, tempat tidurnya kasurnya tujuh lapis mentul-mentul, Saudara-saudara. Tiap-tiap hari makan empat, lima, enam, tujuh kali. Ya, seluruh rumahnya itu laksana ditabur dengan ratna mutu manikam, kakinya tidak pernah menginjak ubin, yang diinjak selalu permadani yang tebal dan indah. Tapi orang yang demikian itu, pengkhianat. Tapi orang yang demikian itu menjadi kaya oleh karena korupsi. Orang yang demikian itu di wajah-Nya Tuhan Yang Maha Esa, adalah orang yang rendah. Di wajah Tuhan Yang Maha Esa dia adalah orang yang rendah!
Sebaliknya, kataku dalam pidato itu, ambil seorang penjapu jalan. Penjapu jalan di sana, di Jalan Thamrin atau Jalan Sudirman atau jalan-jalan lain, nyapu jalan, Saudara-saudara. Pada waktu kita enak-enak tidur waktu malam, dia menyapu jalan, tangannya menjadi kotor oleh karena dia menyapu segala ciri-ciri dan kotor-kotor dari jalan itu, tetapi Saudara-saudara, dia mendapat nafkah dari kerjanya itu dengan jalan yang halal dan baik. Dia dengan uang jang sedikit yang dia dapat dari Kotapraja, Pak Gubernur Sumarno, Saudara-saudara, ya mendapat gaji daripada Kotapraja uang jang sedikit, dia belikan beras, dan dia tanak itu beras, dan dia makan itu nasi dengan istri dan anak-anaknya, bukan diatas kursi yang mentul-mentul, bukan di atas permadani jang tebal, bukan dari piring yang terbuat daripada emas, tidak dengan sendok dan garpu, dia makan makanan yang amat sederhana sekali, dan dia mengucapkan syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT: “Ya Allah ya Rabbi, terima kasih, bahwa Engkau telah memberiku cukup makan bagiku, bagi istriku, bagi anak-anakku. ya Allah ya Rabbi, aku terima kasih kepada Mu”. Orang jang demikian ini, menyapu jalan, dia adalah orang mulia dihadapan Allah SWT.
Ir. Soekarno, Kongres Persatuan Pamong Desa Indonesia (PPDI) di Istana Negara, Jakarta, 12 Mei 1964
Nasionalisme
Nasionalisme kita itu adalah Nasionalisme jang amat luas sekali,Nasionalisme kita itu adalah satu Nasionalisme jang berisikan matjam-matjam tuntutan hidup
agar supaja Rakjat Indonesia ini benar-benar mendekati Rakjat jang bahagia.
Dengan tegas saja berkata,
seorang Nasionalis tanpa tekanan kata misalnya kepada tuntutan Sosial,
artinja seorang Nasionalis tanpa menekankan ia punja kata kepada tuntutan,
agar supaja di tanah air Indonesia ini diadakan suatu masjarakat jang adil dan makmur,
jang memberi kebahagiaan kepada semua manusia Indonesia diatasnja.
Nasionalis jang demikian itu bukanlah Nasionalisme komplit.
Soekarno, Pembukaan Kongres ke V Partai Murba 15 Desember 1960
Bukan Chauvinisme
Saya dengan hati-hati menggunakan perkataan “nasionalisme”.Karena saya tahu bahwa dibanyak negeri dan dibanyak daerah nasionalisme
merupakan doktrine politik yang sudah tidak laku lagi.
Tetapi haraplah diingat.
Tuan ketua, bahwa bagi kami di Asia Afrika nasionalisme
adalah semangat yang muda dan progressief.
Kami tidak menyamakan nasionalisme dengan chauvinisme
dan kami tidak memberi arti kepada nasionalisme,
bahwa bangsa kami lebih tinggi dari pada bangsa-bangsa lain. Tidak.
Bagi kami nasionalisme berarti membangun kembali bangsa-bangsa kami,
nasionalisme berarti usaha untuk memberi kedudukan yang sama pada bangsa kami;
ia berarti hasrat untuk memegang hari kemudian di tangan kami sendiri.
Soekarno dihadapan Kongres Amerika Serikat, 17 Mei 1956
Apa Sebab Negara Republik Indonesia Berdasarkan Pancasila
Saudara-saudara, jikalau aku meninggal nanti –ini hanya Tuhan yang mengetahui, dan tidak bisa dielakkan semua orang
– jikalau ditanya oleh malaekat: “Hai, Sukarno, tatkala engkau hidup di dunia,
engkau telah mengerjakan beberapa pekerjaan.
Pekerjaan apa yang paling engkau cintai?
Pekerjaan apa yang paling engkau kagumi?
Pekerjaan apa yang engkau paling ucapkan syukur kepada Allah SWT?”
Moga-moga, Saudara-saudara, aku bisa menjawab –
ya bisa menjawab demikian atau tidak itupun tergantung dari Allah SWT:
“Tatkala aku hidup di dunia ini, aku telah ikut membentuk Negara Republik Indonesia.
Aku telah ikut membentuk satu wadah bagi masyarakat Indonesia.”
Sebagai sering kukatakan, Saudara-saudara, negara adalah wadah.
Jikalau aku diberi karunia oleh Allah SWT mengerjakan pekerjaan satu ini saja,
Allahu’akbar, aku akan berterima kasih setinggi langit…
Wadah yang bernama negara, negara yang bernama Republik Indonesia itu adalah wadah untuk masyarakat Indonesia yang berpenduduk 80 juta, dari Sabang sampai ke Merauke.
Dan masyarakat Indonesia ini beraneka agama, beraneka adat-istiadat, beraneka suku.
Bertahun-tahun aku ikut memikirkan ini.
Nanti, jikalau Allah SWT memberikan kemerdekaan kepada kita,
jikalau Negara Republik Indonesia telah bisa berdiri,
negara ini supaya selamat, agar bisa menjadi wadah bagi segenap rakyat Indonesia yang 80 juta, negara ini harus didasarkan apa?
Aku tidak menyesal, bahwa aku telah memformulir Pancasila.
Apa sebab? Barangkali lebih dari siapa pun di Indonesia ini,
aku mengetahui akan keanekaan Bangsa Indonesia ini.
Soekarno, 24 September 1955 di Surabaya.
Tanah Air Adalah Amanat Tuhan
Kita berkewajiban membuat senang kepada Tuhan.
Kita berkewajiban untuk tidak membuat murka-Nya.
Kita berkewajiban untuk menjalankan amar makruf nahi munkar,
agar Tuhan bisa menjalankan rahmaniah-Nya dan rahimiah-Nya.
Antara lain terhadap tanah air dan masyarakat ini.
Tuhan meng-gubrakkeun kita di dunia ini, sebagai kukatakan tadi,
zonder kita beramal apa-apa sudah kita diberi tanah air,
diberi tanah yang cantik ini, diberi air yang segar ini,
diberi udara yang segar ini, diberi masyarakat yang kita hidup di antaranya.
Ini pun satu rahmaniah Tuhan. Kita dilahirkan bukan di dalam gua,
kita digubrakkeun bukan di dasar lautan.
Tidak! Kita digubrakkeun di Indonesia dengan pulau-pulaunya yang cantik molek,
dengan natur, alamnya yang begini segar.
Kita tidak dilahirkan di kalangan masyarakat semut atau bebek atau angsa.
Tidak! Kita digubrakkeun di kalangan masyarakat manusia.
Oleh karena itulah maka saya selalu berkata bahwa tanah air dan masyarakat ini
adalah amanat Tuhan kepada kita. “Hai manusia, Aku gubrakkeun engkau di atas bumi tanah air ini.
Aku gubrakkeun engkau di antara masyarakat ini.
Inilah amanah-Ku: tanah air yang aku berikan kepadamu masyarakat manusia
yang di antaranya Aku gubrakkeun.
Amanah ini engkau harus pelihara, tanah air ini harus engkau pelihara baik-baik,
masyarakat ini engkau harus pelihara baik-baik,
sehingga kita merasa sebagai satu kewajiban untuk memelihara tanah air ini,
untuk memelihara masyarakat ini. Oleh karena itu saya, di dalam pidato-pidato saya,
selalu saya tekankan bekerjalah, berjuanglah untuk tanah air ini,
bekerjalah dan berjuanglah untuk masyarakat ini.
Soekarno, 15 Februari 1964 di Masjid Baiturrahim Jakarta
Firman Tuhan inilah Gitaku
Baca Manipol, baca semua pidato-pidato saya yang dulu,dan benang-merah yang menjelujuri semua pidato-pidato saya
itu ialah: perdjoangan, perdjoangan, sekali lagi perdjoangan,
dan bahwa Revolusi adalah perdjoangan.
“Innallaha la yu ghoyiru ma bikaumin, hatta yu ghoriyu ma biamfusihim”.
“Tuhan tidak merubah nasibnya sesuatu bangsa sebelum bangsa itu merubah nasibnja sendiri”.
Firman Tuhan inilah harus menjadi gitamu: Berdjoang, berusaha, membanting tulang, memeras keringat, mengulur-ulurkan tenaga, aktif, dinamis, meraung, menggeledek, menguntur, -
dan selalu sungguh-sungguh, tanpa kemunafikan, ikhlas berkorban untuk cita-cita yang tinggi.
Soekarno, Tavip 1964
Jas Merah
Abraham Lincoln, berkata: "one cannot escape history, orang tak dapat meninggalkan sejarah",
tetapi saya tambah : "Never leave history". inilah sejarah perjuangan, inilah sejarah historymu.
Peganglah teguh sejarahmu itu, never leave your own history!
Peganglah yang telah kita miliki sekarang,
yang adalah AKUMULASI dari pada hasil SEMUA perjuangan kita dimasa lampau.
Djikalau engkau meninggalkan sejarah, engkau akan berdiri diatas vacuum,
engkau akan berdiri diatas kekosongan dan lantas engkau menjadi bingung,
dan akan berupa amuk, amuk belaka. Amuk, seperti kera kejepit di dalam gelap.
Soekarno, 17 Agustus 1966
Bangsa yang Jaya
Kita memproklamirkan negara ada gampang,
tapi mempertahankan negara, memiliki negara agak sukar.
Hanya Rakjat jang mempunyai rasa penuh tanggung-jawab tadi,
tidak bosanan, itulah jang mendapat negara jang abadi.
Barang siapa jang ingin mutiara harus berani terdjun di lautan yang dalam.
Janganlah lembek, mohon pada Tuhan supaya bangsa Indonesia menjadi satu bangsa jang Jaya di dunia, menjadi bangsa kuat dan tabah.
Soekarno, 17 Agustus 1946
Bersatulah Bhinneka Tunggal Ika
Kemerdekaan tidak menyudahi soal-soal,
kemerdekaan malah membangun soal-soal,
tetapi kemerdekaan juga memberi jalan untuk memecahkan soal-soal itu.
Hanya ketidak-kemerdekaanlah yang tidak memberi jalan untuk memecahkan soal-soal ...
Rumah kita dikepung, rumah kita hendak dihancurkan ....
Bersatulah Bhinneka Tunggal Ika.
Kalau mau dipersatukan, tentulah bersatu pula.
Soekarno, 17 Agustus 1948
JADILAH PATRIOT KOMPLIT
Saudara-saudara, pemuda dan pemudi,
saya menghendaki jikalau engkau benar-benar patriot komplet,
cintailah tanah airmu, bekerjalah agar supaja tanah airmu itu menjadi besar di bidang politik,
tetapi bekerjalah juga untuk cita-cita sosial ekonomi daripada rakjat Indonesia,
mengadakan satu masyarakat adil dan makmur;
tetapi juga cintailah kebudayaan bangsa Indonesia sendiri!
Kembalilah kepada kepribadian kita sendiri!
Jikalau kita sudah kembali kepada kepribadian kita sendiri, kita mencintai kebudajaan kita sendiri.
Saudara-saudara, bagi seorang patriot komplet,
jang dinamika Indonesia itu bukan sekedar 3000 pulau jang terserak antara Sabang dan Merauke;
bukan sekedar: ini Sumatra, ini Jawa, in Kalimantan, ini Sulawesi, ini Halmahera,
ini Maluku, ini Irian Barat. Buat seorang patriot komplet,
Indonesia bukan sekedar rangkaian kepulauan jang digambarkan di atas peta,
buat seorang patriot komplet segala hal ini adalah Indonesia.
Bagiku misalnya anak-anakku sekalian, aku mengucapkan syukur kepada Tuhan Jang Maha Esa,
bolehkah saja katakan bahwa saja ini patriot komplet?
Sebab saja cinta kepada kemerdekaan Indonesia, saya cinta kepada masyarakat Sosialis Indonesia,
saya cinta kepada kultur Indonesia, saya cinta kepada seni Indonesia, sehingga ada orang yang berkata: Bung Karno itu segalanya itu seni, seni, artis-artis.
Boleh saya katakan, saya ini adalah patriot komplet.
Bagi saja Indonesia ini bukan sekedar pulau-pulau di atas peta;
bagi saya Indonesia adalah satu totaliteit.
Jikalau aku bediri di Pantai Ngliyep dan aku mendengar lautan Hindia bergelora membanting di Pantai Ngliyep itu, saya tidak lagi mendengarkan lagi air laut dibanting di pantai,
saya mendengarkan sajak, lagu Indonesia.
Jikalau aku melihat sawah-sawah jang menguning-menghijau,
saya tidak melihat lagi batang-batang padi jang menguning menghijau,
saya melihat Indonesia Jikalau aku melihat gunung-gunung,
Gunung Semeru, Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Kelabat, gunung jang lain lain, membiru menjulang ke langit, aku tidak hanja melihat gunung-gunung,
aku melihat Indonesia. Jikalau aku mendengarkan lagu-lagu jang merdu dari Batak, bukan lagi lagu Batak jang kudengarkan, aku mendengarkan Indonesia.
Jikalau aku mendengarkan Indonesia. Jikalau saya mendengarkan Pangkur Palaran,
bukan Pangkur Palaran jang saja dengarkan, saya mendengarkan Indonesia.
Jikalau saya mendengarkan lagu Olesio dari Maluku, bukan lagi saya mendengarkan lagu Olesio, saya mendengarkan Indonesia. Lebih daripada itu, jikalau saya mendengarkan burung perkutut menyanyi di pohon di tiup oleh angina sepoi-sepoi, saya bukan mendengarkan burung perkutut, tetapi saja mendengarkan Indonesia. Jikalau saya menghirup udara ini, saya tidak lagi menghirup udara,
tetapi saya menghirup Indonesia.
Ya, segala hal di sekeliling saya ini, ya buminya, ya pohonanya, ya gunungnya, ya langitnya,
ya awannya, ya, jikalau aku melihat awan berarak, sebab ini awan adalah lain macam daripada awan yang saya lihat di Eropa, apalagi di Eropa bagian Utara, awannya mega putih yang berarak tidak seperti di sini, jikalau aku melihat mega putih berarak di langit, aku tidak lagi melihat mega putih, aku melihat Indonesia.
Sebagai tadi kukatakan, segala ini adalah Indonesia bagiku. Ini adalah satu totaliteit.
Maka oleh karena itu aku berkata dengan mengucap syukur kepada Tuhan Jang Maha Esa:
saya boleh mengatakan aku ini patriot komplet.
Dan mengajak kepada semua pemuda dan pemudi:
“Jadilah patriot komplet; janganlah sekedar patriot politik saja.”
Soekarno, Surabaja 28 oktober 1959
Saudara-saudara, pemuda dan pemudi,
saya menghendaki jikalau engkau benar-benar patriot komplet,
cintailah tanah airmu, bekerjalah agar supaja tanah airmu itu menjadi besar di bidang politik,
tetapi bekerjalah juga untuk cita-cita sosial ekonomi daripada rakjat Indonesia,
mengadakan satu masyarakat adil dan makmur;
tetapi juga cintailah kebudayaan bangsa Indonesia sendiri!
Kembalilah kepada kepribadian kita sendiri!
Jikalau kita sudah kembali kepada kepribadian kita sendiri, kita mencintai kebudajaan kita sendiri.
Saudara-saudara, bagi seorang patriot komplet,
jang dinamika Indonesia itu bukan sekedar 3000 pulau jang terserak antara Sabang dan Merauke;
bukan sekedar: ini Sumatra, ini Jawa, in Kalimantan, ini Sulawesi, ini Halmahera,
ini Maluku, ini Irian Barat. Buat seorang patriot komplet,
Indonesia bukan sekedar rangkaian kepulauan jang digambarkan di atas peta,
buat seorang patriot komplet segala hal ini adalah Indonesia.
Bagiku misalnya anak-anakku sekalian, aku mengucapkan syukur kepada Tuhan Jang Maha Esa,
bolehkah saja katakan bahwa saja ini patriot komplet?
Sebab saja cinta kepada kemerdekaan Indonesia, saya cinta kepada masyarakat Sosialis Indonesia,
saya cinta kepada kultur Indonesia, saya cinta kepada seni Indonesia, sehingga ada orang yang berkata: Bung Karno itu segalanya itu seni, seni, artis-artis.
Boleh saya katakan, saya ini adalah patriot komplet.
Bagi saja Indonesia ini bukan sekedar pulau-pulau di atas peta;
bagi saya Indonesia adalah satu totaliteit.
Jikalau aku bediri di Pantai Ngliyep dan aku mendengar lautan Hindia bergelora membanting di Pantai Ngliyep itu, saya tidak lagi mendengarkan lagi air laut dibanting di pantai,
saya mendengarkan sajak, lagu Indonesia.
Jikalau aku melihat sawah-sawah jang menguning-menghijau,
saya tidak melihat lagi batang-batang padi jang menguning menghijau,
saya melihat Indonesia Jikalau aku melihat gunung-gunung,
Gunung Semeru, Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Kelabat, gunung jang lain lain, membiru menjulang ke langit, aku tidak hanja melihat gunung-gunung,
aku melihat Indonesia. Jikalau aku mendengarkan lagu-lagu jang merdu dari Batak, bukan lagi lagu Batak jang kudengarkan, aku mendengarkan Indonesia.
Jikalau aku mendengarkan Indonesia. Jikalau saya mendengarkan Pangkur Palaran,
bukan Pangkur Palaran jang saja dengarkan, saya mendengarkan Indonesia.
Jikalau saya mendengarkan lagu Olesio dari Maluku, bukan lagi saya mendengarkan lagu Olesio, saya mendengarkan Indonesia. Lebih daripada itu, jikalau saya mendengarkan burung perkutut menyanyi di pohon di tiup oleh angina sepoi-sepoi, saya bukan mendengarkan burung perkutut, tetapi saja mendengarkan Indonesia. Jikalau saya menghirup udara ini, saya tidak lagi menghirup udara,
tetapi saya menghirup Indonesia.
Ya, segala hal di sekeliling saya ini, ya buminya, ya pohonanya, ya gunungnya, ya langitnya,
ya awannya, ya, jikalau aku melihat awan berarak, sebab ini awan adalah lain macam daripada awan yang saya lihat di Eropa, apalagi di Eropa bagian Utara, awannya mega putih yang berarak tidak seperti di sini, jikalau aku melihat mega putih berarak di langit, aku tidak lagi melihat mega putih, aku melihat Indonesia.
Sebagai tadi kukatakan, segala ini adalah Indonesia bagiku. Ini adalah satu totaliteit.
Maka oleh karena itu aku berkata dengan mengucap syukur kepada Tuhan Jang Maha Esa:
saya boleh mengatakan aku ini patriot komplet.
Dan mengajak kepada semua pemuda dan pemudi:
“Jadilah patriot komplet; janganlah sekedar patriot politik saja.”
Soekarno, Surabaja 28 oktober 1959
Bangsa Yang Besar
Kesulitan-kesulitan kita tidak akan lenyap dalam tempo satu malam. Kesulitan-kesulitan kita hanya akan dapat kita atasi dengan keuletan seperti keuletannya orang yang mendaki gunung. Tetapi : Berbahagialah sesuatu bangsa yang berani menghadapi kenyataan demikian itu! Berani menerima bahwa kesulitan-kesulitannya tidak akan lenyap dalam tempo satu malam, dan berani pula menyingsingkan lengan bajunya untuk memecahkan kesulitan-kesulitan itu dengan segenap tenaganya sendiri dan segenap kecerdasannya sendiri. Sebab bangsa yang demikian itu, - bangsa yang berani menghadapi kesulitan-kesulitan dan mampu memecahkan kesulitan-kesulitan, - bangsa yang demikian itu akan menjadi bangsa yang gemblengan. Bangsa yang Besar, bangsa yang Hanjakrawarti-hambaudenda. Bangsa yang demikian itulah hendaknya Bangsa Indonesia!
Soekarno, Manipol 1959
Tidak Ada Satu Bangsa yang Cukup Baik Untuk Memerintah Bangsa Lain
Kita tidak mau menjadi satu bangsa tiruan, tidak mau mendjadi satu bangsa jiplakan. Kita tidak mau menjadi satu bangsa copy. Tidak! Kita mau mendjadi satu bangsa Indonesia. Kita mau mendjadi satu bangsa dengan kepribadian kita sendiri. Dengan corak djiwa sendiri. dengan roman muka sendiri. Tidak mau kita menjadi satu bangsa satelit, tidak mau menjadi satu bangsa pembebek, tidak mau menjadi satu bangsa peniru, tidak mau menjadi satu bangsa pengcopy, tidak mau menjadi satu bangsa penjiplak. Ya tidak mau.
Kita tidak mau menjiplak Amerika Serikat, kita tidak mau menjiplak Soviet Uni, kita tidak mau menjiplak RRT, kita tidak mau menjiplak India, kita tidak mau mendjiplak Mesir, kita tidak mau menjiplak Inggeris, tidak mau” menjiplak Italia. Tidak mau menjiplak. Kita mau mendjadi satu bangsa berdiri diatas own identity. Bangsa dengan kepribadian kita sendiri. Kita di dalam perjalanan kita itu, itu jang kita cari. ya berjuang, berjuang, bahkan mengalir laksana air bah sungai jang menghancur leburkan tiap-tiap rintangan jang ditaruh imperialisme dihadapan jalannja. Bukan saja itu. Kitapun satu bangsa jang didalam perdjalanan kita untuk mencari diri kita sendiri. Mencari roman kita sendiri. Mencari kepribadian kita sendiri, own identity kita sendiri.
Soekarno, Setengah Abad Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 1958
Abdi Tuhan
Engkau nanti akan melihat matahari terbit, jadilah manusia yang berarti, manusia yang manfaat, manusia yang pantas untuk menyambut terbitnya matahari.
Yang pantas menyambut terbitnya matahari itu hanya manusia-manusia abdi Tuhan, manusia-manusia yang manfaat.
Ibu menghendaki aku menjadi manusia yang pantas menyambut terbitnya matahari, oleh karena aku dikatakan oleh Ibu adalah anak fajar.
Tuhan memberi otak kepada manusia, memberi pikiran kepada manusia. Tuhan memberi juga rasa kepada manusia. Tuhan memberi kenang-kenangan kepada manusia. Hanya manusia yang otaknya cerdas, rasa hatinya baik, kenang-kenangannya tinggi, bisa menjadi manusia yang manfaat
Bercita-cita Setinggi Bintang Di langit
Soekarno, Jakarta 2 Mei 1964
Pra Nikah Annisa Kartika Sari dan Donnie
Acara Lamaran Donnie yang melamar Annisa Katika Sari ini berlangsung pada hari Jumat tanggal 5 Oktober 2012 di kediaman Bapak Harmanu (ayahanda Anissa), dihadiri oleh keluarga Bapak Harmanu diantaranya Pakdhe H. Suhajat, Budhe Hj. Sri Harini, Om Slamet, Om Kus, Tante Titik, Om Sukeni Kenny, Om Rahmat "Mat Cikrak" Pujianto, dll beserta Keluarga dari pihak Adinda Donnie, Acara yg berlangsung khidmat dan penuh kekeluargaan ini semoga mendapat ridho dan barakah-Nya. Semoga Donnie dan Annisa Kartika Sari menjadi keluarga yg Sakinah Mawwaddah Warrahmah. Amiin.
Silaturrahiem Keluarga Besar Anissa Kartika Sari kerumah keluarga Donnie
Silaturrahiem kerumah keluarga Donnie dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 20 Oktober 2012 pukul 15.30 WIB, sebagaimana lazimnya, keluarga dari pihak calon mempelai wanita melakukan balas silaturrahiem kepada pihak calon mempelai laki-laki.Acara yg berlangsung di Jl. Sido Luhur 12 Kepanjen ini berlangsung khidmat dan penuh kebahagiaan. Dari keluarga Annissa hadir diantaranya, Ayah Bunda Annissa Bpk. Drs. Harmanu dan Ibu Supini, Pakdhe Budhe Annissa H. Suhajat dan Hj. Sri Harini, ikut hadir pula saudara2 Annissa Pak Slamet dan istri, Pak Kusno dan istri, Lutma, Huda, Ninin, Chandra, Titis, Fira, Naufal, Alya, Rahmat "Tjikrak" Pujianto, Enny Sagita, Yayuk, Kenny, Tonny, Mat Apiit,dll.
Untuk melihat lebih banyak foto dan Download Foto-foto acara tersebut silakan klik link dibawah ini:
Subscribe to:
Posts (Atom)