Thursday, 15 December 2011

Refleksi Akhir Tahun : Itu Bukan Musibah, Tapi Peringatan-Nya Kawan!!!


Musibah beruntun menimpa negeri ini. Banjir, air laut pasang, dan tanah longsor kemarin terjadi di sejumlah daerah di Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan NTB. Korban berjatuhan dimana-mana. Peristiwa yang terjadi di eks Karesidenan Surakarta kemarin adalah yang paling parah. Sekitar 78 orang hilang terkubur tanah longsor atau terbawa banjir di Kabupaten Karanganyar dan Wonogiri. Di eks Karesidenan Madiun, Jawa Timur sekitar 25 orang hilang terbawa arus Kali Madiun di Desa Jati, Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun.Setelah jembatan penghubung Desa Jati dan Semen, Kecamatan Takeran, Magetan putus karena diterjang air bah. Di Kabupaten Malang sekitar 19 Kecamatan terendam air dengan korban tewas 2 orang, di Pagak sebuah jalan utama putus, di Poncokosumo tanah longsor, di Pagelaran tidak kurang 13 rumah terendam air, dll. Di Kota Malang da Batupun tidak luput dari bencana. (Jawa Pos, 27 Desember 2007).
Jika kita renungkan ada korelasi yang kuat antara apa yang terkandung dalam Al-quran dengan apa yang kita alami saat ini. Sebelum sebuah negeri hancur, Tuhan selalu memberi peringatan terlebih dulu kepada kita. Jika peringatan berulang-ulang tidak diindahkan, maka Tuhan akan membiarkan negeri itu meluncur jatuh terpuruk. Peringatan dengan ayat-ayat kauliyah. Peringatan itu bisa lewat masyarakat yang menyuarakan suara hati dan suara kebenaran. Pun juga bisa pula dengan peringatan alam dengan bahasa kauniyah.
Negeri kita sedang terpuruk. Sebuah negeri yang dikaruniai kekayaan alam melimpah luar biasa, akan tetapi saat ini bisa menjadi barisan negara miskin. Utangnya melimpah ruah dan mengemis-ngemis pinjaman. Apakah itu sudah diperingatkan Tuhan sebelum negeri yang kaya raya ini jatuh menjadi peminta-minta (utang)???. Pasti Tuhan mengingatkan. Hanya penguasa kita-dan diri kita- dalam istilah Al-Qur’an dinyatakan sudah tuli, sehingga tidak lagi mendengar suara kebenaran dan tidak lagi bisa bertutur kata benar. Sudah buta sehingga tidak bisa melihat fenomena dan fakta yang terjadi. Semua kondisi ini membuat akal sehatnya mati (summun bukmun umyun fahum la yakqilun).
Peringatan melalui suara masyarakat telah dilakukan. Tetapi semua suara telah dibungkam. Yang berani bersuara lantang sering mendapat kesulitan. Tentang peringatan itu Allah SWT berfirman:
”Dan jika Aku beriradah membinasakan suatu negeri, terlebih dahulu Aku perintahkan kepada orang-orang yang bermewah-mewah(dengan kekuasaan dan harta untuk patuh kepadaAllah), tetapi mereka malah melakukan kedurhakaan di negerinya. Maka sudah sepantasnya berlaku ketentuan-Ku terhadapnya. Kemudian Aku binasakan negeri itu sehancur-hancurnya” ( Al Isra (17) : 16).
Perilaku durhaka ini bisa kita lihat dinegeri ini berupa ketidakadilan, pelangggaran HAM, penggusuran, kehancuran akhlak, kesewenang-wenangan, dan pelanggaran- pelanggaran lainnya.
Malah penyimpangan tersebut dilegalisir dengan keputusan hukum. Jadinya yang ada adalah hukum tidak lagi menjadi payung kebenaran tetapi payung pelanggaran.
Korelasi kata Al-Quran dengan apa yang terjadi dinegeri ini saat ini sudah tampak jelas adanya.
Firaun merupakan lambang kediktatoran dari seorang penguasa. Semua kekuasaan terpusat ada dirinya. Rusaknya akhlak Firaun juga menular kepada pembantu-pembantu nya dan menjadi penyakit menular dimasyarakat. Apakah hal ini juga terjadi dinegeri kita???.
Tuhan lewat Nabi Musa telah mengingatkan dengan berbagai peristiwa alam tetapi tidak dihiraukan. ”Maka Aku kirimkan kepada mereka angin taufan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas, namun mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum berdosa” (Al A’raf(7):133).
Negeri tempat Firaun berkuasa dilanda topan yang dahsyat. Dinegeri kita pun juga dikirimi paket angin topan bahorok, puting beliung,tsunami, el nino, dan lain-lain nama kerennya.
Firaun diingatkan dengan dikirimi belalang yang tiada habis-habisnya. Kita dikirimi hama yang tiada pernah hilang dan habis. Ada darah yang tiba-tiba keluar dari lantai-lantai rumah Firaun, ditempat kita ada lumpur yang tiba-tiba keluar dari perut bumi tanpa ada kejelasan kapan berhentinya.Tuhan mengirimi Firaun dengan katak yang mencemari air. Kita juga mengalami pencemaran air mesqi bukan katak penyebabnya karena kita sendiri yg menciptakan pencemarnya. Bahkan tidak hanya air yang kita cemari tetapi juga udara, tanah, lautan, hutan dll.
Kita mungkin terlalu sering melakukan kerusakan dimuka bumi, tanpa memikirkan apa yang akan terjadi esok hari, tanpa kita pikirkan apa yang akan anak cucu kita tanggung kelak nantinya sebagai akibat dari perbuatan kita saat ini. Begitu gampangnya kita menggerakkan tangan ini untuk melakukan penebangan hutan secara liar, begitu ringannya tangan ini untuk melakukan penambangan mineral dari perut bumi, begitu konyolnya kita menguras habis isi lautan hingga tertumbu karangpun tak luput kita jarah, dan masih banyak lagi keserakahan kita dalam ”memanfaatkan” isi alam ini tanpa melakukan konservasi sebagai rehabilitasi terhadap apa yang telah kita ekspoitasi.
Saat ini, bisa jadi adalah waktunya kita untuk panen raya sebagai hasil dari usaha kita dalam ”memberdayakan” alam selama ini. Udara sangat panas hingga gunung-gunung es pun mencair di kutub bumi ini, angin bertiup sangat kencang karena alam sedang melakukan proses menyeimbangkan tekanan udara didalam lapisan atmosfer bumi ini yang berakibat pohon-pohon banyak yang tumbang, rumah-rumah diterbangkan angin, dll. Banjir terjadi dimana-mana karena karena volume air di bumi mengalami peningkatan karena mencairnya gunung-gunung es hingga pasang air laut lebih tinggi dari daratan. Banjir juga terjadi karena kemampuan tanah dalam menyerap air hujan sudah berkurang atau bahkan sudah hilang sama sekali.
Tuhan telah banyak berikan peringatan dengan berbagai pertanda alam tetapi kita masih belum bisa menerjemahkannya. Kita masih angkuh dan durhaka. Keserakahan, kekuasaan dan kejayaan telah membuat nurani buta, tuli, bisu.(Jalan Terpendek Menuju Tuhan, Nurcholis Huda,2003).
Sudah saatnya kita instrospeksi bahwa apa yang telah kita lakukan terhadap alam selama ini adalah salah. Kita harus selalu bersahabat dengan alam sebagai manifestasi ketundukan kita terhadap Tuhan. Tidak pernah ada istilah terlambat untuk menyadari betapa kecilnya apa yang dianggap besar oleh kesombongan kita. Mari ejawantahkan kesalehan sosial kita dengan membantu saudara-saudara kita di lokasi bencana Malang Raya khususnya Malang Selatan saat ini juga sebelum semuanya menjadi terlambat. Fastabiqul Khairat bi Sabilil Haq. @ 2007
*****tulisan pernah dikirim ke RADAR MALANG ******